Andai esok mentari tak nampak kembali
tak ada lagi embun menyapa
tak ada lagi burung menari
tak ada lagi angin yg menusuk tulang
Andai esok hujan tak ada lagi
tak ada lagi tanaman bercengkrama
tak ada lagi kilat menerjang
tak ada lagi awan kelabu
Saat ini, detik ini
aku termangu
menatap cakrawala terus berjalan
sang jingga pun kian memudar
Aku terdiam
terhampar dalam lingkup asing
bagai burung yang menyelam
sukar tuk menepi
antara hidup dan mati
Aku hanya mampu berdiri
mengikuti arus manusia
mengalir seperti air
seperti berjalan tanpa hujan
tak tentu arah
Saturday, December 10, 2011
htths
It's always the same in every relationship, there is always one person crying
and wishing to get back together, while the other doesn't even remember the
things they've been through. I hate that I have to be the one who remembers
every little detail while you can't seem to remember me at all.
Wednesday, November 23, 2011
Kesendirian
Termangu ku menatapnya
mereka saling merangkul
menggenggam tangan tangan lain
berjalan saling berdamping
Sungguh kontras
di sudut pandang berbeda
dengkul yang ku rangkul
dan hanya pena yang ku genggam
mereka saling merangkul
menggenggam tangan tangan lain
berjalan saling berdamping
Sungguh kontras
di sudut pandang berbeda
dengkul yang ku rangkul
dan hanya pena yang ku genggam
Saturday, November 19, 2011
Thursday, November 17, 2011
Tepat arah jam dua belas
dibawah terik yang panas
kau busungkan dada
kau tersenyum bangga
Kau tersenyum padanya
serius kau menatapnya
ku coba tegar mengamati
menepis sakit dan iri
Tak mampu luruskan mata
ku tundukan kepala
aku terbelenggu
tenggelam dalam cemburu
Sungguh sesak nafasku
ku tutup mataku
aku tak mampu
AKU PILU
dibawah terik yang panas
kau busungkan dada
kau tersenyum bangga
Kau tersenyum padanya
serius kau menatapnya
ku coba tegar mengamati
menepis sakit dan iri
Tak mampu luruskan mata
ku tundukan kepala
aku terbelenggu
tenggelam dalam cemburu
Sungguh sesak nafasku
ku tutup mataku
aku tak mampu
AKU PILU
Sunday, November 6, 2011
Resigned ..
Irama mengalun
Mengiringi kegundahan jiwaku
Resah ku rasa
Hanya terbisu
Mendekap lututku
Menerawang rumput yang menari
Hingga tak kurasa bayangan angin
Seakan ikut membisu
Sebutir pun menetes
Kucoba tersenyum
Pandanganku tak lepas dari sang rumput
Butir selanjutnya seakan tak pernah sabar
Dan akhirnya jatuh juga
Aku masih terjaga
Dan aku pun masih membisu
Hingga detik ini
Isakan seakan menghimpit nadiku
Aku pasrah
Ku beri apa yang mereka ingin
Ku biarkan air mata mengalir
Ku biarkan isakan menyesakkan paru ku
Ku biarkan jiwa ini bergejolak
Dan hanya tersenyum pada keadaan
Subscribe to:
Posts (Atom)